Published Thursday, 8 March 2018 12:50 PM
Written by Admin
Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI dr. Imran Agus Nurali SpKO menyampaikan dalam pertemuan sosialisasi dan koordinasi program penanggulangan Stunting di Kabupaten Brebes bahwa Stunting yang ada di Indonesia tidak hanya dialami oleh rumah tangga atau keluarga yang miskin dan kurang mampu saja. Buktinya, stunting dialami oleh rumah tangga atau keluarga yang tidak miskin berada diatas 40 persen.
Pertemuan Sosialisasi dan Koordinasi Program Penanggulangan Stunting di Kabuapten Brebes selain dihadiri Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI juga hadir Bupati Brebes, Hj. Idza Priyanti SE, MH dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes serta Bapak-Ibu Pejabat Struktural dari SKPD terkait. Pertemuan dilaksanakan di Ruang Rapat Bupati di Pendopo Kabupaten Brebes dan dibuka oleh Bupati Idza. Beliau mengajak seluruh komponen masyarakat untuk memperhatikan asupan gizi anak dibawah dua tahun. Pasalnya kekurangan gizi kronis bisa mengakibatkan terjadinya stunting, atau kondisi gagal tumbuh atau terlalu pendek pada usianya. Meskipun Angka Stunting turun menjadi 32.7 persen ditahun 2017 dibanding pada tahun 2013 yang mencapai 47 persen.
Hasil pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, data stunting yang ada di Kabupaten Brebes sebanyak 32.7 persen, dan termasuk dalam sepuluh besar Kabupaten prioritas penanggulangan stunting dari 100 Kabupaten di seluruh Indonesia yang akan diintervensi pada tahun 2018.
“Dari 297 desa se kabupaten Brebes, 10 desa mendapat prioritas intervensi”, ujar Idza.
Kesepuluh desa tersebut ialah Desa Jatisawit, Kalilangkap, Kalinusu, Pruwatan di Kecamatan Bumiayu, Desa Dukuhmaja (Songgom), Janegara (Jatibarang), Wanasari dan Glonggong (Wanasari), Grinting (Bulakamba), dan Cigadung (Banjarharjo).
Intervensi stunting sudah dimulai sejak tahun 2012 dan mendapat dukungan dari Dana kerjasama Bappenas dan Unicef. Setelah program intervensi dari Bappenas dan Unicef berakhir pada 2016, dilanjutkan lewat dana APBD Brebes.
Imran menjelaskan, Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting yakni pada seribu hari pertama kehidupan dari anak balita.
Pengasuhan yang kurang baik juga dapat menyebabkan stunting, masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care) yaitu pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan, Post Natal Care, serta pembelajaran dini yang berkualitas. Juga kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Akibatnya, stunting juga berpengaruh pada daya tangkap atau paedagogik anak, ungkap Imran.
Pihaknya telah melakukan Verifikasi Data yang ada kasus Stunting seperti di kabupaten Brebes dan Pemalang. Pendataan Riil tersebut melalui Puskesmas, logistic, tenaga kesehatan, program kesehatan dan keterlibatan lintas sector dalam penanggulangan stunting.
Seluruh komponen masyarakat diharapkan ikut serta dan aktif dalam penanganan stunting, koordinasi antar sector dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, semua elemen seperti petugas kesehatan di lingkungan puskesmas, dinas kesehatan, bidan, dan petugas gizi. Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), tokoh agama, tokoh masyarakat, juga harus saiyeg saeko proyo, ajak Bupati Idza.