KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH BAGI PENGELOLA KANTIN DAN GURU UKS DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2018

Written by meilansari

Published  Tuesday,   09 October 2018     12:45 PM

Written by Admin

 

 

 

 

 

Kesehatan makanan di sekolah banyak dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan dan perilaku. Walaupun ada kantin sekolah namun tak jarang peserta didik yang jajan di luar kantin. Hal ini dikarenakan keadaan kantin sekolah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Termasuk makanan yang dijajakan mungkin juga tidak higienis. Padahal makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Anak-anak sering menjadi korban dari ketidakhigienisan dari makanan yang mereka konsumsi. Makanan-makanan tersebut sangat mungkin sekali menjadi penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh sehingga kita jatuh sakit. Salah satu cara untuk memelihara kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang aman, jelas drg. Adhi Supriadi selaku narasumber dalam Pertemuan Kursus Higiene Sanitasi Makanan Jajanan Anak Sekolah Bagi Pengelola Kantin dan Guru UKS yang diadakan oleh Seksi Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. Beliau menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang bersih dan terhindari dari wholesomeness (penyakit). Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan suatu makanan menjadi tidak aman menyebabkan sejumlah besar penderitaan khususnya dikalangan anak-anak sekolah atau pelajar apalagi terhadap mereka yang kekebalan tubuhnya mudah terganggu.

Ibu Dhian Irawati SKM menjelaskan bahwa anak-anak merupakan kelompok yang beresiko tinggi tertular penyakit melalui makanan atau minuman. Anak-anak sering menjadi korban penyakit bawaan makanan akibat konsumsi makanan yang dikantin sekolah, atau yang dibeli diluar sekolah (penjaja kaki lima). Dalam Kursus Hiegene Sanitasi Makanan Jajanan ini adalah untuk mengetahui penerapan hygiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajajan di lingkungan sekolah. Data yang diperlukan dalam kursus hygiene adalah data primer terdiri dari identitas, karakteristik penjamah makanan jajanan, meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama bekerja yang diperoleh dengan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Selain itu data primer berupa penerapan hygiene sanitasi pada pedagang jajanan meliputi hygiene perorangan penjamah makanan jajanan, sanitasi peralatan, sanitasi penyajian serta sanitasi sarana penjaja makanan jajanan yang diperoleh dari hasil observasi.

Beberapa penelitian mengaitkan berbagai kategori umur penjamah makanan dengan perilaku dan pengetahuan penjamah makanan. Semakin tinggi umur penjamah makanan maka semakin baik kebersihan penjamah makanan. Sedangkan berdasarkan hygiene perorangan pedagang makanan jajanan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/2003 terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi penjamah makanan jajanan yaitu pengamatan dan wawancara langsung tentang riwayat penyakit yang mudah menular seperti batuk, pilek, influenza, diare dan penyakit perut sejenis diare, karena penjamah makanan dapat menjadi sumber pencemaran terhadap makanan terutama apabila penjamah makanan sedang menderita suatu penyakit atau karier. Luka atau bisul menyebabkan bakteri pada kulit akan masuk ke bagian dalam kulit dan terjadi infeksi. Adanya luka koreng atau luka bernanah mempunyai risiko besar dalam menularkan penyakit pada makanan. Sentuhan tangan juga merupakan penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran makanan, jelas drg. Adhi. Mikroorganisme yang melekat pada tangan akan berpindah ke dalam makanan dan berkembang biak dalam makanan terutama makanan jadi. Keputusan Menteri Kesehatan RI mengatur tentang cara untuk menjaga kebersihan peralatan. Kebanyakan penjual makanan jajanan di Kabupaten Brebes belum melakukan pencucian peralatan dengan benar. Beberapa penjual makanan mencuci peralatan hanya dicelupkan ke dalam sumber air pencuci yang sudah kotor, tanpa sabun.

Sanitasi penyajian makanan jajanan di lingkungan sekolah kebanyakan dalam keadaan sanitasi yang tidak baik . Pedagang menjajakan dagangannya dalam keadaan terbuka. Kalaupun ada yang ditutup hanya sesekali saja ketika sedang tidak ada pembeli. Penutup yang digunakan sebagian besar berupa plastic yang sudah tampak kotor. Menjajakan makanan dalam keadaan terbuka meningkatkan resiko tercemarnya makanan oleh lingkungan, baik melalui udara debu, asap kendaraan, bahkan serangga. Makanan yang dijajakan di pinggir jalan akan sangat mudah terpapar debu dan asap kendaraan yang bertebangan dan biasanya ada di sekolah-sekolah di Kabupaten Brebes. Pembungkus makanan jajanan dapat juga mencemari makanan misalnya menggunakan kertas Koran dan kantong kresek berwarna. Beberapa kertas non kemasan (kertas Koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus panganan terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Banyak makanan jajanan seperti gorengan dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal ke makanan tersebut. Efek tosik timbal terutama pada otak dan system saraf pusat adalah gangguan system saraf pusat, saluran cerna, dan juga dapat timbul anemia.

Sementara itu Bapak Heri Handoko dalam paparannya menjelaskan Persyaratan Sarana penjaja makanan yang lain adalah konstruksi sarana  penjaja harus tersedia tempat untuk air bersih, penyimpanan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi/siap disajikan, penyimpanan peralatan, tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan) dan tempat sampah. Semoga dengan kegiatan kursus Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di Sekolah bagi Pengelola Kantin memberikan pengetahuan serta pelatihan dan penyuluhan kepada seluruh pedagang makanan di sekolah secara berkesinambungan, serta dengan pertemuan ini mulai dilakukan pengawasan dan pembinaan terhadap seluruh pedagang makanan jajanan di sekolah, dan Guru UKS juga membantu melakukan pengawasan terhadap peningkatan pengetahuan siswa sebagai konsumen makanan jajanan tentang keamanan dan keracunan makanan.